Cerpen Zaman SMA

ADA APA DENGAN KAKI KU

Cerita ini bermula saat bulan puasa tahun 2003, saat usia ku 5 tahun, aku dan satu-satunya temen ku, Uma lagi asik gelantungan di pohon sawo di depan rumahnya Uma, persis seperti lutung yang kurang gizi, kami juga biasa main kapal kapalan dengan pohon itu dengan formasi yang hampir sama setiap hari, Uma sebagai nahkoda dan aku sebagai kapten kami berdua pun seperti pimpinan kapal yang cacingan, kamipun berasa sedang berlayar di lautan lepas dengan sebatang kayu besar yang digoyang-goyangkan ombak, kalau semakin kuat goyangan pohon maka kami berkhayal semakin besar ombak yang sedang kami hadapi, “imajinasi yang terlalu tinggi !”, bayangin aja kalau sekarang remaja 17 tahun bermain kapal-kapalan di pohon sawo, kok rasanya geli-geli gimana gitu ya.
Hampir setiap hari kami melakukan aktifitas rutin ini, jadwal sih gantian sama main mobil-mobilan di rumah ku,tapi hari itu aku bener-bener naas waktu lagi asyik memgoyangkan pohon aku salah milih dahan pohon, “eh...eh...eh” dahan yang sudah lapuk pun terpijak oleh kakiku yang latah memilih jalan, akhirnya aku jatuh dengan posisi erotis dengan kepala kebawah dan kaki sangkut di dahan pohon, uda mirip banget sama tulang yang digantungin di kios daging. Uma yang panik pun langsung turun dari atas pohon dan berlari meninggalkan diriku, “ dasar, giliran uda susah gini malah ditinggalin!” kata hatiku.
Setelah beberapa menit dahan yang menahan kaki ku pun patah setelah ku goyang-goyang, dan “ kedeebuuukkkk” suara tulang yang jatuh menyyentuh tanah pun terdengar pelan namun ku rasa sangat dalam sakit nya, akhirnya akupun pulang dengan membawa oleh-oleh kaki yang pincang sebelah seperti pemain sepakbola yang lututnya hampir lepas, “kenapa kau ? “ kata mama ku, “ gak papa kok ma, cuma jatuh aja tadi waktu lari-lari” jawab ku. Setelah beberapa hari kakiku yang pincang pun tak kunjung sembuh, malah makin menjadi-jadi, ke anehan pun muncul dari wajah mama ku yang lagi melihat aku pipis di depan rumah, bukan karena aku pipis sembarangan, tapi dia heran “ kok kaki mu panjang sebelah ? “ kaki ku yang saat itu berdiri tegak memang nampak kalo kaki kanan lebih panjang dari kaki kiri, akhir aku pun di bawa ke dukun kusuk kesana kemari, kesana  kemari, akhirnya dapat dan kakiku di kusuk tiap hari sampe normal, dan dasar anak-anak , selama aku di rawat, anehnya hanya orang tua madi yang jenguk aku, Uma nya ntah kemana, sejak itu pun aku jarang main lagi ke rumah Uma.
  








AIR MINUM KU KOK YANG TUMPAH

Pada saat kelas satu SD, mungkin aku satu-satunya murid yang culun nya gak ketulungan, Tampang ku waktu  gak ubahnya  tulang berjalan, badan kurus dengan model rambut belah pinggir kayak ketua tukang kredit  setrikaan gitu deh ciri-ciri diriku, dengan membawa botol minum yang sedikit bocor, aku pun pergi sekolah dengan semangat yang lebih panas dari kompor gas.
Sampe di sekolah pelajaran dimulai dengan tipe yang sama,                “ membosankan “ mendengarkan  guru menerangkan sampe berbusa mulut guru tetap aja aku nggak ngerti, karena hari itu lagi pelajaran matemetika, tapi ntah wangsit apa yang membuat ku senang hari itu, “ yee aku dapat cepek “ kata seorang siswa berbadan gosong yang duduk bangku  depan. Aku pun nggak mau kalah mencari jawaban dari soal yang ntah dari planet mana datang nya, sekitar sepuluh megerjakan soal, aku pun mulai merasakan panggilan alam, aku pun berkata bu guru “ buk, permisi ke kamar mandi, mau kencing ! “ bu guru dengan tegas menjawab “ tahan aja!, tunggu sampe main-main (istirahat) “ ku lihat jam lusuh di depan kelas dan “ wih mak jang, satu jam lagi main-mainnya “ , aku pun semakin menjadi jadi menahan pipis, geser sana geser sini, soalnya bayangin aja nahan pipis sampe satu jam wihhh sadis banget kalo ini. Aku pun semakin tak kuat menahan hasrat ini dan akhirnya “ceerrrr” air kesenian pun keluar sedikit demi sedikit yang lama-lama membuat rasa hangat di kakiku dan sekaligus membuat basah celana ku, “ seeeerrrr “  takut aib ini terbongkar ku siramkan setengah isi botol minum yang ku bawa tadi, aku pun selesai mengerjakan soal yang diberi buk guru, aku pun berjalan dengan santai karena teman sebangku,  ku tau kalau air minum ku tumpah, tiba-tiba murid perempuan dengan kulit sawo busuk yang duduk di depan ku pun berteriak “ IIhhhh, weeee dia ngompol !!!!” satu kelas pun tertawa memandangi celana ku yang basah , dengan perasaan malu akupun berkata “ nggak nya wee, tumpah loh botol minum ku tadi kalo gak percaya itu    tengok sana “    mereka pun diam seribu bahasa melihat botol minum yang sudah jatuh ke lantai, aku pun berjalan penuh percaya diri, setelah soal ku diperiksa, akupun mendapat nilai seratus.
Bangga melihat nilai matematika hari ini membuat ku melamun di depan meja guru sambil memandangi nilai ku. Setelah beberapa saat bu guru mulai curiga dengan celana ku, dan dia pun melihat celana ku dari dekat sambil berkata “ ohh, ibuk pikir ngompol kau ! “, sungguh tidak terbayang kalau seandai nya guru ku sekarang mencium aroma celana ku dari dekat, membayangkannya aja uda geli. Semenjak itu aku memang jarang bergaul dengan teman-teman di sekitar rumah ku karena aku takut mama tau kejadian itu.








BEKAS-BEKAS BLARAK

Setelah insiden dikelas, aku memang gak banyak bergaul dengan teman-teman disekitar rumah ku karena takut nanti mereka bakal ngadu ke mama ku, namun semua itu berubah saat aku kenal Topan, Topan sebenernya masih saudara dari keluarga ayah ku, dia tinggal di rumah nenek nya dan sungguh malang, terkadang ia di buat seperti pembantu oleh bibi-bibinya.
Setelah berkenalan dengan Topan aku pun langsung akrab dengannya, dia sering mengajakku untuk mencari ikan dikolam milik keluarga nya untuk mencari ikan, jujur saat itu aku gak biasa sama yang kotor-kotor karena selama sekolah aku hanya tinggal di rumah, setelah mencoba sungguh aneh rasa nya diri ku bisa ketagihan dengan lumpur dan berbagai jenis kubangan yang ada di ladang orang, kulit putih mulus pun mulai berubah menjadi eksotis seperti di vernis. Setiap abis pulang sekolah aku permisi ke mama buat pergi ke rumah topan, dan ujung-ujungnya pun pergi ke parit yang baru di keruk buat nyari ikan sampe sore, heran dengan kebiasaan baru ku, ini mama pun mulai bertanya “ kemana aja kau ? Uda nggak pernah tidur siang kau “ , memang dulu tradisi keluarga ku itu kalau siang harus tidur supaya tubuh bisa istirahat. Dengan penuh curiga mama pun mulai memata-matai anak nya sendiri dengan ngintip dan nanya ketetangga, akhirnya aku sering digiring pulang bagai pengemis yang digiring pulang oleh satpol pp dengan pentungan yang khas yaitu kayu bakar (blarak). Setiap hari di pentungi maka setiap hari lah makin senang buat ngelayap di siang bolong, terkadang kalo lagi males keluar aku sering bengong kayak orang oon sambil mengelus-ngelus betis ku dengan pose iklan perontok bulu, “wihhh, mantep lah pokoke” kata ku sambil melihat betis yang dulunya mulus kini sudah mulai meliki corak, semenjak itu lah aku jarang keluar rumah lagi.

Nah, tadi itu beberapa cerpen yang ku tulis waktu SMA dulu, garing memang sih tapi setidaknya bisa dibaca pas lagi gabut. Ceritanya sendiri sebenarnya masih banyak, cuma sepertinya hilang ditelan komputer , kalau sudah dapat nanti diunggah lagi.

Danke!! :)













Komentar